Friday, January 16, 2015

Plester Koreng

Walaupun sekarang-sekarang masih musim hujan yang menjadikan suhu lebih dingin, tapi beberapa hari ini gue sering kali gerah. Gerah karena terus menerus  menemukan di social media khususnya di-timeline twitter gue yang ngupdate postingan tentang kegalauan karena patah hati.

Emang sih, belom tentu orang yang ngetweet galau itu tandanya emang lagi galau beneran.  
Bisa aja ngetweet galau, padahal lagi haha hihi sama temen-temennya di warkop perempatan. Bisa aja ngetweet galau, padahal sambil nyabutin bulu idung yang udah panjang-panjang. Bisa aja ngetweet galau, padahal lagi senam yoga dengan posisi kayang. (ini orang pasti ahli banget).

Jujur gue emang sering  juga ngetweet  galau-galauan, tapi malah ketika gue lagi gak galauin apa2 sama sekali.  Kalo lagi galau, boro-boro mau buka twitter, yang ada ntar malah stalking mulu.

Bikin nambah sakit. Stalking emang pangkal sakit hati.

Patah hati emang jadi sesuatu hal yang wajar sih bagi manusia. Dan tentunya, bakal dilalui sama siapa aja.

Siapa sih yang gak pernah patah hati?. Mau cewek, mau cowok, pasti pernah ngerasain patah hati. Sekuat apapun lo mencegahnya, sakit hati bakal datang masanya juga.

Dari Polwan cantik yang keliatan gagah dan tegar yang bikin pengendara  motor bawaanya pengen teriak.
“TILANG AKU, MBAK!!. TILANG AKU!!”,
Sampe tukul arwana yang terlihat selalu ceria pasti pernah ngerasain patah hati juga.

Tukul Arwan mungkin kalo lagi patah hati, dia mungkin bakal nanya ke peserta kuisnya…

“PERTINYIINYI!!! PERTINYI… INYI! JIKA SAYA SEDANG PATAH HATI, CEMILAN APA YANG PALING ENAK DINIKMATI SAMBIL MINUM OBAT NYAMUK? SURVEY…. MEMBUKTIKAN!!

Di umur gue yang masih 17 tahun dan lagi persiapan buat UN SMA ini, juga udah cukup sering kali ngerasain patah hati juga. Sama kayak orang  lain yang ngalamin, patah hati nggak pernah terasa menyenangkan. Tapi mau gak mau hal itu emang harus dilewatin, kan?.

Orang yang baru putus dan patah hati pada awalnya mungkin akan berusaha biasa-biasa aja kayak nggak terjadi hal apa-apa.

Yang cowok, bisa aja setelah putus  masih bisa ketawa ketika menceritakan kepada temannya bahwa dia baru aja  pisah sama pacarnya. Awalnya biasa aja, tapi ketika udah sampe rumah, sepinya mulai terasa.  

Tersadar ‘Rumah’ lain yang biasanya didatangi, kini sudah tidak akan lagi bisa dikunjungi.
Yang cewek,  bisa aja setelah putus masih sempet ngetweet “Akhirnya, aku bahagia bisa putus sama dia”.  tapi enggak lama, jari yang digunakan untuk mengetik tweet itu pada akhirnya akan mulai digunakan untuk menghapus air mata.

Semua orang yang patah hati pasti merasakannya. Pahit.

Dan pada keesokan paginya, pada kondisi seperti itu, mungkin Kopi  ataupun teh diet herbal  yang biasanya lo minum nggak bakal begitu terasa pahitnya.

Pada hari berikutnya orang yang baru patah hari sering kali merasa uring-uringan. Semuanya terlihat menjengkelkan.  Liat apa-apa aja bawaaanya jadi rentan galau.

Berangkat ke kantor atau ke kampus dengan tatapan nanar.
Jalan yang biasa di lewati bareng sama dia rasanya tak lagi sama.

Cewek yang baru patah hati ngeliat abang tukang siomay aja bawaannya jadi kesel.  Bawaannya syirik, baskom siomay aja ada yang boncengin, tapi dia nggak.

Yang cowok berusaha lebih tegar dengan mendekatkan diri dengan tuhan. Ya seenggaknya itu salah satu efek positif patah hati, lebih dekat dengan tuhan.

Tapi pas keluar mesjid juga jadi nyesek, ngeliat bakiak masjid yang biasa dipake buat wudhu aja ada pasangannya, sedangkan dia nggak.

Apalagi sekarang lagi sering hujan, hampir kebanyakan orang bawaannya jadi rentan galau. entah apa korelasi antara hujan dengan kegalauan.

Ketika hujan gue biasanya bakal berdiri  di depan jendela kaca yang saat hujan akan terlihat tebal dari biasanya, menatap nanar dari dalam kantor ke parkiran motor. Tapi itu biasanya bukan galau karena patah hati, tapi karena motor yang baru gue cuci tadi pagi kebasahan dan jadi kotor lagi. -_____-

Oke, maap. Rada nggak nyambung dikit. Mari kembali ngomongin orang yang lagi patah hati.
Sampai dimana tadi? Oh iya….

Orang yang sedang patah hati juga biasanya akan mencari pelarian akan sakit hatinya.

Menghabiskan waktu bermain game seharian,  makan coklat sebanyak-banyaknya tanpa peduli lagi akan benda yang bernama timbangan, atau cara yang paling simple dengan bercerita kepada teman.
Tapi dengan hanya mencari pelarian saja, rasa sakit hatinya tidak akan sembuh begitu saja. Pada akhirnya, waktulah yang malah jadi penyembuhnya.

Seperti  layaknya jatuh hati, mungkin patah hati juga membuat kita jatuh. Jatuh lebih keras yang membuat diri untuk bangkit terasa lebih sulit.

Jatuh yang menyebabkan timbul luka koreng di lutut ataupun di siku. Luka menyebalkan yang lo tau butuh waktu lebih lama untuk mengering  dan sembuh daripada di bagian tubuh yang lain.

Luka korengnya nggak bisa lo taruh di rumah, akan menempel dan terbawa kemana-mana ke setiap tempat yang hendak lo tuju. Lo bisa saja membiarkan luka korengnya terbuka begitu saja atau menggunakan plester untuk menutupinya.

Sesekali  sahabat lo yang begitu perhatian mungkin akan menanyakan, “itu kenapa siku sama lutut di plester gitu, sakit gak?” sambil dengan sengaja mecolok-colok plesternya  seperti tidak pernah tahu bahwa luka baru yang bersentuhan dengan gesekan sedikit saja akan menimbulkan rasa perih.

Lo menjawab pertanyaannya hanya dengan senyum meringis menahan sedikit perih.  Senyumnya percis ketika lo menjawab pertanyaan, “eh, si itu kemana? Kalian udah gak barengan lagi?”.
Senyum yang sama seperti plester. Senyum untuk menutupi luka.

Tapi pada saatnya luka koreng itu akan mulai mengering,  mungkin akan sesekali menggangu karena mulai timbul rasa gatal. Kata orang, luka yang mulai gatal, tandanya akan segera sembuh.

Dan itu adalah moment terbaiknya, lo akan mulai menikmati lukanya, lo akan geli-geli enak ketika 
menggaruknya.

Nggak selamanya luka akan melulu terasa menyiksa.

Kemudian  lo akan bisa lebih tulus untuk tersenyum, karena mulai lebih enak untuk berjalan, bahkan mungkin berlari, mengejar mimpi-mimpi yang baru.

Walaupun setelah patah hati masih belom punya pasangan, tapi tetaplah tersenyum. Karena diluar sana kita gak pernah tau, mungkin senyum lo adalah sumber kebahagiaan bagi orang lain yang diam-diam mulai berjalan untuk mengetuk hati agar segera terbuka.

1 comment:

  1. jadi dipostingan tahun 2015 ini lo baru umur 17 tahun dan mau menghadapi UN?

    ReplyDelete