Tuesday, December 31, 2013

catatan di akhir tahun 2013

Hari terakhir di penghujung bulan desember 2013 dan gue merasa mager buat pergi kemana-mana. Jika malam tahun baru adalah malam dimana-mana kita mau senang tetapi dengan bermacet-macetan, gue pikir, diam di rumah adalah liburan yang cukup mewah. Iya, itu alesan gue aja kalo ditanya “lu nggak jalan malem tahun baruan, jomblo, ya?”.

Tinggal beberapa jam lagi juga akan memasuki tahun yang baru. Iya, tahun 2014. Saatnya juga menganti kalender lama dengan yang baru.  Salah satu harapan gue yang terlalu cepat di penghujung tahun ini adalah kalender 2014 itu kebakaran, banyak tanggal merahnya. Amin.

Didasari bengong di malam hari sambil ngeliat kembang api yang dari balik jendela kamar gue, tiba-tiba banyak pertanyaan yang timbul di benak gue tentang hal-hal apa aja yang udah gue lewati selama setahun ini. Pertanyaan sederhana seperti:

·         Apa peningkatan signifikan yang terlihat dalam diri  gue selama setahun ini??
·         Hal apa saja yang udah gue dapetin sampai tahun ini??
·         Kenapa penyanyi  wanita Justin Bieber mengundurkan diri??
·         Kapan punya pacar dan mulai nyusun skripsi?? ( JLEB!

Saturday, December 21, 2013

kasih sayang tanpa perantara.

Kalo ngomongin masalah handphone alias ponsel alias gadget, mungkin udah kaya segerombolan cewek yang saling muji temennya ‘siapa yang paling cantik’ diantara mereka. Nggak bakal ada habisnya.

‘di foto kita yang satu ini,kamu cantik banget, ya ’.
‘ah, kamu deh yg cantik’
‘Ah, kamu!’
‘kamu!!’
‘kamu!!!’

Gitu terus sampe suatu saat Adele mau nampil di dahsyat.

Berbagai macam merk handphone bermunculan di pasar seiring waktu. Sampe kadang bikin kita kesel ketika kita udah beli handphone baru, eh, nggak lama setelah beli muncul lagi produk yang lebih canggih dan harganya nggak beda jauh sama yang baru kita beli.

‘ah, kenapa kemaren nggak sabaran dikit aja, biar bisa beli yg ini, nih. Lebih canggih!’.

Iya. Sekarang handphone memang telah didukung dengan kekuatan akses internet yang udah mumpuni. Bikin kita ngiler sama fitur-fiturnya. Segala sesuatu terasa lebih mudah untuk dilakukan. Mau nanya apa aja, bisa googling. Lagi ngapain aja, nggak lupa buat posting (ke social media). Mau tau kegiatan gebetan, tinggal stalking.  Di jalan tiba-tiba nyasar nyari alamat, silahkan bertanya pada ayu ting ting.

Hampir semua kalangan sungguh menikmati sekali segala fitur yang ditawarkan dalam handphone, bahkan sebagian orang udah nggak bisa lepas dari handphonenya. Dari bangun pagi sampai mau tidur lagi, nggak lupa buat maenin handphone. Bahkan mungkin ada sebagian orang yang kalo mau shalat aja nggak lupa bawa handphone. Saking alimnya dan sering bawa handphone , kalo ada panggilan telpon, dia ngambil wudhu dulu, kemudian nelponnya refleks sambil ngadep kiblat. Ngetik SMSnya pake lidi IQRO.  

Friday, December 13, 2013

Antara plak di gigi dan kenangan di hati.

Akhir-akhir ini gue merasa khawatir sama gigi gue. Bukan, bukan khawatir karena gigi gue lagi pergi maen sama temen-temen cowoknya  dan berpotensi dia selingkuh, ataupun karena dia mulai nggak pernah ngasih kabar lagi. Tapi entah kenapa beberapa gigi seri gue mulai rapuh. Gue ngeri mereka mulai  tanggal satu-persatu ketika gue masih cukup muda. Gue ngeri ompong sebelum gue menginjak manula. Gue ngeri kalo Farhat Abbas jadi presiden Indonesia.

Atas ketakutan mengalami per-ompongan gigi dini sebelum waktunya, maka gue bertanya sama papa yang lebih pengalaman dalam masalah pergigian. Bukan karena papa gue dokter gigi atau bahkan peri gigi, ya. (karena peri gigi kayaknya nggak berkumis). Karena Papa gue udah sering kali mengalami hal menyebalkan ini. Beliau pasti lebih pengalaman.

Ketika malam sudah larut, dengan tampang yang kusut, gue nyamperin bokap gue yang lagi foto-foto sikat gigi di depan cermin kamar mandi.

“Pap, gigi helmi kenapa ya ini?? Pada kropos gitu dibawahnya?”. Gue nanya.

“Mrungggkinnn giigi kramu braanyaak kwawrangnya”. Dengan mulut penuh busa (busa pasta gigi bukan epilepsi), papa gue jawab.

“Banyak karangnya?? Helmi kan nanya tentang gigi bukan pantai?”

“……….”

“Yaudah kamu pergi aja ke klinik dokter gigi, periksa sekaligus bersihin karang-karang giginya”. Kali ini papa gue bicaranya jelas. Nggak kayak orang Somalia lagi kumur-kumur.

“Oke. Besok deh ke kliniknya”.

“Yaudah kamu sekarang sikat gigi dulu. Kalo nggak, ntar sisa-sisa makanan di gigi kamu berubah jadi monster dan menggerogoti gigi kamu. Monster itu bisa menjadi banyak dan kemudian bikin group boyband!! Hiiiii. Serem!!”

Wednesday, December 11, 2013

Mencoba berani untuk 'Pindah'.



Imam syafii pernah bilang, “berhijrahlah, makan kamu akan mendapatkan apa yg akan  kamu tinggalkan”. Gue dapet kata itu dari mata pelajaran mahfudzot ketika masih menuntut ilmu di pondok. Entah kenapa ilmu dituntut di pondok, harusnya kan ‘dituntut’ itu di pengadilan. *krik krik*

Terusin bacanya ya, guys. Guys, guys, guys ??!!!

Kembali ke topic. Saat mendengar quote itu gue memang masih polos. Masih belom akil baligh. Masih belom menemukan jati diri gue sebenarnya, dan belom mengetahui bahwa ada makhluk hidup seperti Farhat Abbas di dunia nyata. Tapi dewasa ini (ciaelah bahasanya), gue mulai sedikit banyak menemukan arti quote diatas. Memang udah jadi fitrah manusia buat hijrah/berpindah. Karena ketika berpindah, lo bakalan nemuin sesuatu yang belom pernah lu liat, rasakan, dan pelajari sebelumnya.

Wednesday, November 27, 2013

Bellaluna

Pagi ini cuaca dingin sudah menyapa lebih pagi, angin bertiup lebih kencang, bahkan masuk tanpa permisi melalui sela-sela lubang kecil ventilasi. Gue memutuskan untuk bangun dan membuka mata, mengulet sebentar sambil mengecek handphone, mungkin ada notifikasi pesan yang masuk, walaupun sebetulnya gue tau pesannya pasti dari seseorang yang sama. operator provider. Dengan nyawa yang masih berceceran yang belum kumpul sepenuhnya, gue memutuskan pergi ke dapur untuk membuat kopi ataupun coklat panas. Melawan dingin dengan kehangatan. 

Satu cangkir kopi  terasa tak cukup. Kopi disuguhkan panas, tapi jika diacuhkan sebentar seketika berubah dingin. Mengalah pada hembusan angin.  Seperti pertengkaran pasangan yang saling membalas sikap acuh dan berlagak masa bodo. Dibudaki oleh masing-masing ego.

Hari ini gue sedang free, karena gue sudah menyelesaikan permintaan suatu perusahaan redaksi majalah untuk melaporkan dan mengirim tulisan tentang suatu event kebudayaan. Iya, gue merupakan pelulis lepas suatu majalah. Setelah sarapan, gue memutuskan untuk berjalan menikmati hari libur ini, meski cuaca membuat hari terkesan gloomy. Daripada pasrah selimutan di dalam kamar yang bisa dibilang cukup berantakan. Sweater dengan hoody  gue kenakan, dipadu celana jeans lusuh. Mungkin sekedar pergi ke toko buku dan mencari bacaan ringan, bisa menjauhkan gue dari kejenuhan.