Pagi ini cuaca dingin sudah menyapa lebih pagi, angin
bertiup lebih kencang, bahkan masuk tanpa permisi melalui sela-sela lubang
kecil ventilasi. Gue memutuskan untuk bangun dan membuka mata, mengulet sebentar sambil mengecek handphone, mungkin ada notifikasi pesan yang masuk, walaupun sebetulnya gue tau pesannya pasti dari seseorang yang sama. operator provider. Dengan
nyawa yang masih berceceran yang belum kumpul sepenuhnya, gue memutuskan pergi
ke dapur untuk membuat kopi ataupun
coklat panas. Melawan dingin dengan kehangatan.
Satu cangkir kopi terasa tak cukup. Kopi disuguhkan panas, tapi jika
diacuhkan sebentar seketika berubah dingin. Mengalah pada hembusan angin. Seperti pertengkaran pasangan yang saling membalas
sikap acuh dan berlagak masa bodo. Dibudaki oleh masing-masing ego.
Hari ini gue sedang free, karena gue sudah menyelesaikan
permintaan suatu perusahaan redaksi majalah untuk melaporkan dan mengirim tulisan tentang
suatu event kebudayaan. Iya, gue merupakan pelulis lepas suatu majalah. Setelah
sarapan, gue memutuskan untuk berjalan menikmati hari libur ini, meski cuaca
membuat hari terkesan gloomy. Daripada pasrah selimutan di dalam kamar yang
bisa dibilang cukup berantakan. Sweater dengan hoody gue kenakan, dipadu celana jeans lusuh.
Mungkin sekedar pergi ke toko buku dan mencari bacaan ringan, bisa menjauhkan
gue dari kejenuhan.