Dear, ‘Y”.
Aku tidak akan mengawali surat ini dengan sapaan manis
seperti “hai, gimana kabar? Baik-baik saja kan?”. Karena kamu pasti akan
membalasanya hanya dengan satu huruf yaitu
“Y” saja.
Mari mengganti pertanyaan lainnya.
Apakah sampe sekarang kamu masih saja sering lapar padahal
baru 1 menit yang lalu kau baru saja memakan sepiring makanan?
Apakah mata yang bulatnya sempurna itu pupilnya masih seringkali melebar ketika bahagia
melihat makanan selanjutnya dihidangkan? Jika iya. Aku turut senang
membayangkannya. Bukan pada menu yang baru dihidangkan, tapi membayangkan mata
yang bulat itu.
Pernahkah kau berpikir untuk memakan bangku sekolah kembali sehingga kau bisa kembali ingat bahwa huruf alphabet ada 26 dan bukan huruf ‘Y’ saja? dari 26 huruf itu kau
bisa merangkainya menjadi satu kata seperti “baik” atau kau bisa sedikit repot
untuk meraciknya menjadi kalimat “aku baik-baik saja. bagaimana dengan kabarmu?”.
Maaf aku terlalu banyak bertanya, padahal seharusnya aku
sudah tahu bahwa kau tidak akan pernah lagi menjawabnya. aku sekarang rasanya
tau bagaimana setiap pesan yang biasa kau kirim seperti “kamu kemana aja, udah
3 hari ini gak pernah ada kabar?” terkirim begitu saja tanpa ada balasan
jawabnya.
Kau memang baik. Setidaknya kau beberapa kali mau menjawab
pertanyaan yang serupa walau dengan “y” saja. Sedangkan aku dulu hanya
mengabaikannya saja.
Oke, mari sudahi
membahas “y” saja.
Oke?.
Baik?.
y.
ARRRGHHHH…!!
Aku berharap kau sudah tahu bahwa ada seseorang yang sudah menjadi orang yang peduli dengan
sekitarnya dan tidak lagi terjebak pada dunianya sendiri. Setidaknya sekarang
telah muncul pemerhati manusia lainnya.
Ada orang yang tidak sombong
untuk menyapa seseorang lebih dulu bahkan dia tidak pernah mengenal
orang itu sebelumnya, orang-orang di sekitarnya dan bahkan diam-diam masih
menjadi pemerhatimu juga.
Aku sebetulnya ingin memberitahumu bahwa aku, atau mungkin
semua laki-laki di dunia ini pada masanya terkadang risih dengan perhatian yang
wanita berikan? Apakah kau pernah berpikir perhatian yang diberikan membuat seseorang menjadi bahagia? Tentu, tidak. Tidak sampai seseorang itu sadar
bahwa dia telah kehilangan pemerhatinya.
Kau tau kenapa seseorang itu sudah tidak asyik dengan dunianya
sendiri? Biar aku beri jawabannya.
Karena orang itu, yang ditinggalkan karena terlalu asyik
dengan dunianya, sudah tidak punya dunianya yang lama. Dia telah memasuki dunia
baru yang seharusnya kau tahu bahwa dunia bagi orang yang ditinggalkan itu
adalah orang yang meninggalkan dia sendiri dengan dunianya.
Dan kabar terakhirnya….
Orang itu telah
berhasil meninggalkan dunianya kembali.
Kau sudah tahu siapa?
……..
“Y”.