Saturday, January 31, 2015

Untuk "Y".

Dear, ‘Y”.

Aku tidak akan mengawali surat ini dengan sapaan manis seperti “hai, gimana kabar? Baik-baik saja kan?”. Karena kamu pasti akan membalasanya hanya dengan satu huruf  yaitu “Y” saja.

Mari mengganti pertanyaan lainnya.

Apakah sampe sekarang kamu masih saja sering lapar padahal baru 1 menit yang lalu kau baru saja memakan sepiring makanan?

Apakah mata yang bulatnya sempurna itu pupilnya  masih seringkali melebar ketika bahagia melihat makanan selanjutnya dihidangkan? Jika iya. Aku turut senang membayangkannya. Bukan pada menu yang baru dihidangkan, tapi membayangkan mata yang bulat itu.

Pernahkah kau berpikir  untuk memakan bangku sekolah kembali sehingga kau bisa kembali ingat bahwa huruf alphabet ada 26 dan bukan huruf ‘Y’ saja? dari 26 huruf itu kau bisa merangkainya menjadi satu kata seperti “baik” atau kau bisa sedikit repot untuk meraciknya menjadi kalimat “aku baik-baik saja. bagaimana dengan kabarmu?”.

Maaf aku terlalu banyak bertanya, padahal seharusnya aku sudah tahu bahwa kau tidak akan pernah lagi menjawabnya. aku sekarang rasanya tau bagaimana setiap pesan yang biasa kau kirim seperti “kamu kemana aja, udah 3 hari ini gak pernah ada kabar?” terkirim begitu saja tanpa ada balasan jawabnya.

Kau memang baik. Setidaknya kau beberapa kali mau menjawab pertanyaan yang serupa walau dengan “y” saja. Sedangkan aku dulu hanya mengabaikannya saja.

Oke, mari sudahi membahas “y” saja.

Oke?.

Baik?.

y.

ARRRGHHHH…!!

Aku berharap kau sudah tahu bahwa ada seseorang yang  sudah menjadi orang yang peduli dengan sekitarnya dan tidak lagi terjebak pada dunianya sendiri. Setidaknya sekarang telah muncul pemerhati manusia lainnya.

Ada orang yang tidak sombong  untuk menyapa seseorang lebih dulu bahkan dia tidak pernah mengenal orang itu sebelumnya, orang-orang di sekitarnya dan bahkan diam-diam masih menjadi pemerhatimu juga.

Aku sebetulnya ingin memberitahumu bahwa aku, atau mungkin semua laki-laki di dunia ini pada masanya terkadang risih dengan perhatian yang wanita berikan? Apakah kau pernah berpikir perhatian yang  diberikan membuat seseorang menjadi bahagia?  Tentu, tidak. Tidak sampai seseorang itu sadar bahwa dia telah kehilangan pemerhatinya.

Kau tau kenapa  seseorang itu sudah tidak asyik dengan dunianya sendiri? Biar aku beri jawabannya.

Karena  orang  itu, yang ditinggalkan karena terlalu asyik dengan dunianya, sudah tidak punya dunianya yang lama. Dia telah memasuki dunia baru yang seharusnya kau tahu bahwa dunia bagi orang yang ditinggalkan itu adalah orang yang meninggalkan dia sendiri dengan dunianya.

Dan kabar terakhirnya….

Orang itu telah berhasil meninggalkan dunianya kembali.

Kau sudah tahu siapa?

……..

“Y”.






Friday, January 16, 2015

Plester Koreng

Walaupun sekarang-sekarang masih musim hujan yang menjadikan suhu lebih dingin, tapi beberapa hari ini gue sering kali gerah. Gerah karena terus menerus  menemukan di social media khususnya di-timeline twitter gue yang ngupdate postingan tentang kegalauan karena patah hati.

Emang sih, belom tentu orang yang ngetweet galau itu tandanya emang lagi galau beneran.  
Bisa aja ngetweet galau, padahal lagi haha hihi sama temen-temennya di warkop perempatan. Bisa aja ngetweet galau, padahal sambil nyabutin bulu idung yang udah panjang-panjang. Bisa aja ngetweet galau, padahal lagi senam yoga dengan posisi kayang. (ini orang pasti ahli banget).

Jujur gue emang sering  juga ngetweet  galau-galauan, tapi malah ketika gue lagi gak galauin apa2 sama sekali.  Kalo lagi galau, boro-boro mau buka twitter, yang ada ntar malah stalking mulu.

Saturday, December 20, 2014

Gini-gini aja

Kemarin gue  nongkrong-nongkrong bareng sahabat gue di suatu restoran siap saji yang terkenal menu hamburgernya. Gue nggak mau sebutin apa nama tempatnya, yang pasti nama awalnya adalah burger dan nama akhir tempatnya adalah King.

Entah dosa apa yang telah gue lakukan sewaktu kecil sehingga sejak di bangku sekolah dasar, gue telah mengenal mereka berdua. Sahabat gue yang pertama sebut saja namannya Dedi.

Menurut gue ada dua tipe orang di dunia ; yang pertama, adalah orang yang makannya hanya beberapa sesuap nasi saja kemudian bisa mengutuk timbangan berat badan karena harus menerima kenyataan bahwa berat badannya naek beberapa Kilogram keesokan harinya. Yang kedua, adalaha orang yang membuat seluruh wanita di dunia menjadi iri karena dengan nafsu makan seperti sudut lingkaran yang tidak terbatas, tapi badannya tetap segitu segitu aja. Dan Sahabat gue Dedi ini adalah kategori manusia yang kedua. Mungkin setiap makanan yang dia cerna tidak berubah menjadi lemak atau jadi taik, tapi berubah menjadi dosa. Sehingga tak tampak perubahan dalam tubuhnya.

Dedi adalah orang yang terlalu kurus untuk disebut sehat, tapi mempunyai kelebihan pada postur badannya yang tinggi. Cacingan adalah deskripsi yang tepat untuk Dedi.

Yang kedua adalah sahabat gue yang bernama Hardi. Dia adalah pria kekinian yang terobsesi menjadi tampan, tapi tidak semua orang sadar bahkan orang terdekatnya seperti gue dan Dedi. Berprofesi sebagai perawat di salah satu rumah sakit dan juga  memiliki tampang yang berpotensi menjadi pelaku mal praktek. Berbeda dengan gue dan Dedi yang merupakan orang sunda tulen, hardi adalah keturunan setengah jawa, setengah gila. Sebagai perawat, seharusnya hal yang diprioritaskan untuk dirawat olehnya adalah otak dalam kepalanya sendiri.

Walaupun rumah kami bertetangga, tapi kesibukan ngebuat kita jadi agak jarang bertemu akhir-akhir ini.  Jadi perlu aja buat sekedar ngobrol  ( obrolan yang minim intelegensi, tentunya.) dan membuat tawa seperti yang sering banget kita lakuin bareng dari dulu.

Tuesday, June 10, 2014

Eskalator

Gue termasuk orang yang buruk dalam soal berbasa-basi. Makanya, kemampuan gue dalam perkenalan secara langsung masih cetek banget levelnya. Dalam lingkungan barupun gue susah buat beradaptasi. Makanya ketika di ingkungan baru, gue membutuhkan waktu lebih lama untuk membaur dengan banyak orang. Ya sekitar 5 menit 24 detiklah.

Bukannya gue sombong atau sok kegantengan,  gue sadar kalopun gue pindah Negara ke Kenyapun, ketampanan ini masih kalah ganteng sama cheetah yang sering diajakin balapan lari sama orang-orang disana. Pada dasarnya gue emang sedikit males aja ngebuka kolor percakapan di depan orang yang baru. Karena hal itu juga, gue biasanya lama dapet pacar.

Tapi zaman sudah berubah sejak  kedatangan Negara api. Kita udah gampang banget kenalan sama seseorang  lewat media social kaya twitter, facebook, BBM, whatsapp, line, DLL. ( Sengaja nggak nyebutin Friendster, biar nggak disangka tua ).

Aplikasi-aplikasi social kayak gitu membantu gue yang cupu ini dalam mengenal orang baru. Makanya nggak jarang sahabat-sahabat gue suka rekomendasiin profile temennya, biar gue ajak kenalan di media social.

“Yaudah, invite aja dulu. Kali aja bisa kenal deket ntarnya”. Kata salah satu sahabat gue yang ngasih pin BBM seseorang yang mau dicomblangin.

Beberapa hari setelah nongkrong bareng teman dan tibalah malem minggu.

Nggak ada hal yang asyik dilakuin. Hape tumben sepi, padahal biasanya sepi banget. Nggak ada pertandingan bola di TV karena di kamar gue nggak di tv-nya. Dan yang buruknya lagi  orang-orang diluar sana asyik degan pacarnya masing-masing, gue di kamar cuman bisa melukin guling.

Thursday, April 10, 2014

Pesan dalam botol


kamar adalah tempat ternyaman bagi gue sampai saat ini. kemanapun gue berkelana atau menetap di suatu tempat untuk beberapa hari, gue selalu merindukan kamar gue. Kamar bagi gue seperti pangkuan Ibu bagi seorang anak kecil, tempat paling nyaman untuk beristirahat setelah lelah bermain seharian.

Bahkan saking nyamannya, gue gak sadar kalo kamar gue udah kayak hati cewek abis diselingkuhin. Berantakan. Karena enak-enak aja ngapa-ngapain di kamar, nggak peduli kamar gue bentuknya kayak gimana.

Makanya jangan heran kalo misalnya nemuin temen lo yang hubungan sama pacarnya awet banget, walaupun perbandingan wajah mereka kayak langit sama kerak bumi, ceweknya cantik tapi cowoknya ancur. Karena awetnya hubungan karena  kenyamanan, bukan karena wajah pasangan yang berantakan.

Lah, jadi ngebahas itu, sih? Bodoamat, ah..

Pagi ini, ketika lagi asyiknya ngopi sambil dengerin musik, nyokap gue masuk kamar.

“Mama berangkat clubbing kerja dulu, ya”. Saat itu memang jamnya nyokap gue berangkat kerja.

“oh. Iya, mah. Mau dianterin nggak??”.

“Nggak usah. Mama naek angkot aja. oh iya, daripada pagi-pagi nggak ada kerjaan, mending kamu beresin kamar. Berantakan banget muka kamar kamu”.